Kerusuhan di Stade du 3 Avril di Nzerekore, 56 Orang Tewas

Bagikan

Kabar duka datang dari Nzerekore, Guinea. Sebanyak 56 orang tewas usai terjadi kerusuhan dalam sebuah laga sepak bola.

Kerusuhan di Stade du 3 Avril di Nzerekore, 56 Orang Tewas
Banyak pendukung yang terekam melarikan diri dari stadion usai terjadi kerusuhan.

 

Kerusuhan Bermula dari Penalti

Setidaknya 56 orang dilaporkan tewas usai terjadi kerusuhan dalam laga yang berlangsung di Stade du 3 Avril di Nzerekore, Guinea, pada hari Minggu siang waktu setempat. Sebelum kerusuhan tersebut terjadi, sedang berlangsung sebuah laga Babak Final dari turnamen yang digagas untuk memperingati pemimpin junta negara Guinea, Mamady Doumbouya. Laga Babak Final sendiri mempertemukan antara tuan rumah Nzerekore dengan tim tamu Labe.

Kerusuhan di Stade du 3 Avril di Nzerekore, 56 Orang Tewas
Mamady Doumbouya.

 

Pangkal dari kerusuhan ini bermula dari hadiah penalti yang diterima tim tuan rumah di menit ke-82. Selain menerima penalti, pemain Labe juga mendapatkan kartu merah yang kontroversial. Pendukung Labe yang tidak senang kemudian menyerbu lapangan dan melemparkan batu ke arah wasit. Para personel keamanan dilaporkan merespon hal tersebut dengan melemparkan gas air mata ke arah pendukung yang rusuh tersebut. Hal tersebut kemudian menimbulkan kepanikan antara para pendukung yang tidak ikut terlibat dalam menyerbu lapangan dan melempar batu. Kepanikan tersebut membuat mereka saling berdesakan, yang berujung kematian orang-orang yang disebabkan karena mereka terinjak-injak oleh pendukung lain yang mencoba melarikan diri dari stadion.

“Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kejadian tersebut. Dalam kekacauan yang terjadi usai pelemparan gas air mata, saya melihat orang-orang jatuh ke tanah. Ada begitu banyak perempuan dan anak-anak yang terinjak-injak di tanah. Situasinya sangat mengerikan,” ujar seorang saksi mata yang tidak ingin diungkap namanya.

Perdana Menteri Guinea, Bah Oury, mengutuk kekerasan tersebut. Dia juga membuat sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter) pada hari Minggu, yang isinya mengatakan dia bersama pemerintah akan mengeluarkan pernyataan setelah mengumpulkan semua informasi mengenai kerusuhan yang terjadi. Dia juga meminta agar ada ketenangan sehingga kerusuhan tidak menyebar ke kota-kota lain.

Bukan Kali Pertama Terjadi

Ini bukan kali pertama terjadi kerusuhan di dalam stadion sepak bola di Guinea. Pada tahun 2009 silam, lebih dari 150 orang terbunuh dan puluhan perempuan diperkosa oleh pasukan tentara di sebuah stadion sepak bola di ibu kota negara, Conakry. Saat itu, sedang ada protes dari sekitar 50 ribu orang yang menolak rencana Dadis Camara (saat itu merupakan diktator negara tersebut) untuk mencalonkan diri sebagai Presiden pada pemilihan umum yang demokratis.

Ironisnya, turnamen ini sendiri pun dilangsungkan untuk menghormati Doumbouya, seorang pemimpin militer yang berkuasa akibat junta militer. Ini terjadi usai dia mengkudeta Presiden Alpha Conde yang terpilih secara demokratis di tahun 2021. Guinea sendiri adalah salah satu dari sejumlah negara di Afrika Barat dan Tengah yang mengalami gejolak politik sejak tahun 2020 akibat kudeta militer.

Doumbouya sendiri diyakini sedang mempertimbangkan diri untuk menjadi calon Presiden pada Pemilu Presiden tahun depan di Guinea. Untuk memuluskan langkahnya tersebut, dia sudah membubarkan 53 partai politik di Guinea pada bulan Oktober. Sehingga, Doumbouya dinilai mengadakan turnamen ini sebagai langkah pencitraan untuk memperbaiki namanya di mata masyarakat Guinea.

Koalisi oposisi, Aliansi Nasional untuk Pergantian dan Demokrasi, menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut. Dikatakan bahwa turnamen tersebut diselenggarakan untuk menggalang dukungan terhadap ambisi politik Doumbouya yang ilegal dan tidak pantas. “Sangat terlihat sekali jika Doumbouya mengadakan turnamen ini supaya dirinya terlihat baik. Lihat apa yang terjadi. Yang ada malah kerusuhan. Kami rasa ini sudah pertanda jelas jika kepemimpinannya tidak direstui. Dalam konteks dimana negara ini sudah dilanda ketegangan dan pembatasan, tragedi ini menyoroti bahayanya organisasi yang tidak bertanggung jawab kepada nyawa-nyawa yang melayang,” ujar juru bicara koalisi oposisi tersebut.

Simak informasi sepak bola terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.